Kehidupan Sosial Keagamaan Santri Pesantren Pelajar-Mahasiswa Aswaja Nusantara Mlangi, Sleman, Yogyakarta Tinjauan Dampak Pandemi Covid-19

Muhamad Nurul Pahmi Attaptazani

19105050088

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Pahmiattaptazani@gmail.com

Pendahuluan

Awal tahun 2020 dunia digemparkan oleh sebuah penemuan virus baru sejenis Coronavirus dengan nama Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID-19). virus ini berasal dari sebuah pasar bernama Wuhan south china seafood market, yang diidetifikasi melalui 27 orang -kebanyakan mereka adalah pedagang di pasar tersebut- yang mengalami pneumonia dan tidak diketahui apa penyebabnya. (Kemenkes,2020)

Virus ini dengan cepat menyebar, terhitung sejak pertama kali muncul sampai dengan 31 Desember 2020 ada 83,9 juta kasus dengan rincian 47,3 juta sembuh dan 1,83 juta meninggal (WHO, 2020). Di Indonesia sendiri virus ini masuk pada tanggal 2 Maret 2020 yang diumumkan langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Kompas, 2020). Tentu penyebaran virus yang berkepanjangan dan mengingat angka kematian maka World Health Organization (WHO) mengumumkan bahawa Covid-19 adalah Pandemi.

Berbagai upaya dilakukan oleh banyak Negara di dunia demi mencegah penyebaran virus ini, mulai dari penerapan Lockdown, sosial distancing dan juga work from home. Tak terkecuali Indonesia yang membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 kemudian disusul oleh penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan juga Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19. Tentu hal ini berakibat terhadap banyak sektor kehidupan masyarakat Indonesia termasuk Pendidikan.

Pesantren Pelajar-Mahasiswa Aswaja Nusantara Mlangi-Sleman adalah salah satu dari sekian banyak institusi Pendidikan yang terdampak oleh Pandemi Covid-19. Banyak hal berubah akibat kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah demi pencegahan penyebaran virus ini. Hal yang paling signifikan adalah dalam bidang Sosial Keagamaan santri PPM Aswaja Nusantara. Perlu diketahui bahwa PPM Aswaja Nusantara ini terletak di lingkungan rumah-rumah warga dusun Mlangi, Gamping, Sleman. Lalu bagaimana Pandemi Covid-19 ini mempengaruhi kehidupan sosial keagamaan santri PPM Aswaja Nusantara? Hal inilah yang akan menjadi titik fokus pembahasan dalam tulisan saya kali ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam prilaku sosial keagamaan santri PPM Aswaja Nusantara pada era Pandemi Covid-19 ini. Penelitian ini juga menggunakan jenis penelitian lapangan (Field reserch) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam hal pengumpulan data, penelitian ini mengandalkan wawancara mendalam (In-depth Interviews) yang melibatkan Pimpinan/Pendiri dan Santri PPM Aswaja Nusantara selain itu juga penulis melakukan tehnik observasi  dan library research dalam mencari data pendukung.

 

Analisis Hasil Penelitian

 Pesantren Pelajar-Mahasiswa Aswaja Nusantara

Mengutip tulisan “Pesantren sebagai Subkultur” karya Abdurahman Wahid  dalam buku “Pesantren dan Pembaharuan” mengartikan pesantren  sebagai Sebuah kompleks dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan di sekitarnya. Dalam kompleks itu berdiri beberapa buah bangunan: rumah kediaman pengasuh  dan asrama tempat tinggal para siswa pesantren (Dawam Rahardjo:1995,40) sejalan dengan itu, Zamakhsyari Dhofier menambahkan masjid dan pelajaran agama islam berupa kitab klasik dalam bagian dari pesantren.

Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan memiliki ciri khas yang berbeda dengan Lembaga Pendidikan formal lainnya, Pendidikan yang berbasis khidmat kepada masyarakat mampu membawa santri -sebutan murid yang belajar di pesantren- memiliki kepekaan sosial yang tinggi. PPM Aswaja Nusantara yang berdiri pada tahun 2011 ini memiliki pilar Pendidikan salah satunya yaitu Hablu min annas (Mustaqim:2018,46) dimana interaksi antara santri dan masyarakat dipandang perlu sebagai basis pembelajaran, karna bagaimana pun seorang santri akan kembali kepada masyarakat ketika selesai masa studinya. Hal ini didukung oleh asal usul berbagai pesantren di dusun Mlangi yang merupakan hasil dari produk masyarakat sekitar.

Muhammad Mustafied pengasuh sekaligus pendiri PPM Aswaja Nusantara Ketika ditemui di kediamanya yang kebetulan menyatu dengan PPM Aswaja Nusantara mengatakan:

“ yang khas dari Mlangi ini adalah pondok itu produk masyarakat, dimana masyarakat di dusun ini menimba ilmu keluar, kemudian ketika kembali dia mendirikan pesantren. Oleh karena itu tidak ada jarak antara masyarakat dan pesantren, ini juga di satu sisi berdampak positive karna santri berinteraksi dengan masyarakat, tidak bersekat dan tidak tercabut dari realitas sosial.”

Pernyataan ini didukung oleh hasil observasi penulis Ketika mengamati perilaku masyarakat dan santri di dusun Mlangi khususnya di PPM Aswaja Nusantara, penulis tidak mendapati perbedaan yang signifikan di antara keduanya baik dari segi busana ataupun perilaku. Hal ini menunjukan bahwa santri PPM Aswaja Nusantara menyatu dengan masyarakat sekitar pesantren dan dengan itu pula maka kegiataan sosial keagamaan banyak terjadi di sana.

Kehidupan Sosial Keagamaan PPM Aswaja Nusantara Sebelum Pandemi Covid-19

Sebelum Covid-19 masuk ke Indonesia yang kemudian menjadi pandemi, pesantren di dusun Mlangi kerap mengadakan kegiatan ritual keagamaan rutin setiap tahunya yaitu peringatan haul Mbah Nur Iman. Sebagaimana diceritakan oleh Muhamad Mustafied:

“ seminggu sebelum peringatan biasanya khataman al-qur’an, kemudian Abdul Qadiran dengan mengundang masyarakat, setelah itu malam H-1 nya tahlil akbar masyarakat Mlangi, paginya Ketika hari H itu ziarah baru Ketika malam hari H itu haul akbar”

Kegiatan tersebut melibatkan seluruh santri yang ada di dusun Mlangi, termasuk santri PPM Aswaja Nusantara.  selain itu kultur masyarakat dusun Mlangi, ketika ada salah satu anggota keluarga yang meninggal kemudian mengundang masyarakat sekitar -termasuk juga santri- untuk melakukan tahlil bersama. Dua kegiatan yang disebutkan hanya beberapa dari sekian banyak kultur sosial yang ada di masyarakat Mlangi, yang bertransformasi menjadi identitas masyarakat Mlangi sebagaimana diungkap oleh Muhammad Zainal Muttaqin, santri PPM Aswaja Nusantara.

“ udah jadi kebiasaan (kultur) santri sini kalo ada warga yang meninggal, malemnya ikut tahlil bareng terus setiap tahun ada haul mbah nur iman, kita ikut ro’an (gotong royong) bareng warga “

Hal ini kuat kaitanya dengan basis pesantren di Mlangi yaitu sebagai produk masyarakat kegiatan sosial keagamaanya pun tak bisa terpisahkan dengan masyarakat dan ini membentuk suatu realitas sosial yang terus bertahan dari dulu hingga kini. Sebagaimana dikatakan Durkheim bahwa ritual-ritual agama adalah suatu ”ekspresi simbolis dari realitas sosial”  Realitas sosial menunjukkan bahwa kehidupan sosial tidak terlepas dari interaksi sosial antar individu atau antar kelompok yang didasari oleh kontak sosial dan komunikasi serta dipengaruhi oleh faktor sugesti dan simpati. (Mutmainah:2018,81).

Kehidupan Sosial Keagamaan PPM Aswaja Nusantara Setelah Pandemi Covid-19

Dalam praktiknya, interaksi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses sosial keagamaan masyarakat. Tetapi sangat disayangkan Pandemi memaksa kita menerapkan social distancing sebagai salah satu upaya pencegahan penyebaran Covid-19, hal ini tentu berimbas kepada kegiatan sosial keagamaan santri. Sebagaimana dikatakan Salman al-Farisi yang merupakan pengurus PPM Aswaja Nusantara:

“ semenjak pandemi ini ajalah banyak kegiatan yang batasi, dulu itu sering banyak penyuluhan penyuluhan buat masyarakat, cek Kesehatan gratis, dialog lintas iman, hampir tiap minggu ada kegiatan dulu itu”

yang paling nyata dirasakan adalah berkurangnya interaksi santri dengan masyarakat, ada pembatasan kerumunan juga jarak. Meskipun demikian dalam pengamatan penulis, proses kegiatan sosial keagamaan tetap ada meskipun dalam skala kecil. Hal ini juga diungkap Muhammad Zainal Muttaqin:

“ kalo tahlil atau taziah ke warga tetep pada, Cuma paling yang kesana tiga orang ga kayak dulu  hampir semua santri putra ikut”

Secara keseluruhan ritual keagamaan yang melibatkan santri dan masyarakat tetap berlangsung dengan memperhatikan protok Kesehatan yang ada. Hal ini membawa pada satu kesadaran kolektif juga membangun solidaritas satu sama lainnya dengan awareness. Disamping itu juga perubahan dinamika sosial yang terjadi akibat pandemi Covid-19 membuat masyarakat Mlangi secara tidak sadar melakukan yang segregasi dan polarisasi kelompok sosial masyarakat.

Perubahan dinamika sosial dan penurunan kualitas ekonomi masyarakat akibat pandemi juga mengilhami PPM Aswaja Nusantara membentuk Satgas Covid-19 yang berfokus pada edukasi, sosialisasi dan distribusi bantuan. Sebagaimana dikatakan oleh Muhammad Mustafied:

“ membuat Satgas Covid, dulu itu kegiatanya banyak sekali, melakukan kampanye publik, pembagian sembako, sosialisasi kesehatan, pembagian masker dan APD”

 

 

Kesimpulan dan Penutup

Pandemi virus Covid-19 sekarang ini sedang melanda dunia, Secara universal kehidupan manusia dalam banyak mengalami perubahan. Khususnya di Indonesia, secara garis besarnya proses interaksi sosial mengalami perubahan baik dari segi sistem Sosial Statics (Statika Sosial atau Struktur Sosial) dan Sosial Dynamic (Dinamika Sosial) yang pada akhirnya menunjukkan proses interaksi sosial (Rahma:2020,49)

Terjadinya proses interaksi sosial yang terbatas berdampak pada pola hubungan sosial yang juga berubah. Kehidupan sosial keagamaan sebagai suatu bentuk solidaritas kelompok masyarakat  juga mengalami disintegrasi sosial. PPM Aswaja Nusantara mensiasati disintegrasi ini dengan mengubah fokus khidmat santri terhadap masyarakat. Tak lama setelah Covid-19 masuk ke Indonesia PPM Aswaja Nusantara membentuk Satgas Covid, hal ini didasari oleh kebutuhan masyarakat sekitar.

Setelah melakukan observasi juga wawancara dengan berbagai informa, maka penulis sampai pada kesimpulan bahwa: 1) Pesantren-pesantren di dusun Mlangi merupakan hasil produk dari masyarakat sekitar. Oleh karenanya kehidupan santri di Mlangi tidak tercabut dari realitas sosial yang ada di dusun tersebut. 2) Haul mbah Nur Iman sebagai puncak ritual keagamaan yang menjadi basis sosial keagamaan santri PPM Aswaja Nusantara, ditiadakan tahun lalu akibat pandemic, hal ini berdampak pada keahlian bersosialisasi santri baru -yang belum pernah merasakan ritual haul tersebut- dengan masyarakat sekitar. 3) di awal kemunculan Covid-19 membentuk segregasi dan polarisasi yang menimpa santri maupun masyarakat Mlangi, tetapi siring dengan berjalanya waktu dengan proses edukasi Covid-19 yang benar polarisasi ini sudah tidak terasa lagi. 4) kehidupan sosial keagamaan santri PPM Aswaja Nusantara mengalami perubahan dari interaksi secara langsung melalui ritual keagamaan ke pengabdian -dalam bentuk tim Satgas- terhadap masyarakat sekitar yang membutuhkan

Tentunya masih banyak sekali kekurangan yang ada dalam tulisan ini, oleh karenanya penulis harap penelitian terhadap sosial keagamaan santri di dusun Mlangi khususnya di PPM Aswaja Nusantara tidak hanya berhenti sampai di sini, Harapanya akan ada tulisan-tulisan lainnya.

Daftar Pustaka

 

Rahadjo, Dawam. 1974. Pesantren dan pembaharuan. Jakarta:LP3ES

Mustaqim, Ihwan. 2018. “Studi Pendidikan Karakter Nasionalisme di Pondok Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi, Sleman, Yogyakarta”. Skripsi. FIAI. UII

Siti, Mutmainah. 2018. “Interaksi Sosial Pondok Pesantren Al Hikmah Dengan Masyarakat”. Skipsi. FUSA. UIN Raden Intan.

Rahma, Siti. 2020. Proses Interaksi Sosial Di Tengah Pandemi Virus Covid 19. Jurnal Al-Hikmah. Vol 11, No 1. Hal 45-53

 

 2,283 total views,  4 views today

Posted in Kajian.