Nila Nailatul Amaniatun Nafi’ah
Uin Sunan Kalijaga
19105030016@student.uin-suka.ac.id
Ditengah bobroknya moral bangsa Arab. Allah Swt mengirimkan seorang Nabi akhir zaman melalui sepasang suami-istri yaitu Siti Aminah dan Abdullah bin Abdul Muthallib. Siti Aminah dikenal dengan Sifatnya yang sederhana dan berakhlak mulia. Tidak lama setelah mereka menikah, Aminah diberi karunia yang luar biasa oleh Allah, karunianya itu adalah dengan mengandung Nabi Muhammad saw. Namun, Abdullah meninggal dunia ketika usia kandungan Aminah menginjak 7 bulan.
Setelah 9 bulan Siti Aminah mengandung . Akhirnya lahirlah baginda Agung Nabi Muhammad saw, yang mana kelahirannya sangat ditunggu-tunggu oleh alam semesta beserta seisinya. Kelahiran Sang baginda terjadi pada hari senin tanggal 12 robiul awal 571 M atau bisa disebut juga dengan tahun
gajah. Yang mana pada waktu itu Raja Abrahah beserta pasukan-pasukannya yang mengendarai gajah mencoba untuk meghancurkan ka’bah. Namun, atas seizin Allah Raja Abrahah beserta pasukan-pasukannya berhasil dikalahkan oleh burung-burung ababil yang membawa batu dari neraka. Dan itu merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad sebelum lahir kedunia ini.
Dibulan Rabiul Awal inilah umat Islam mengadakan berbagai tradisi seperti tradisi walima di Gorontalo, tradisi sekatenan diYogyakarta, tradisi saweran koin di Kediri, tradisi karesan di Mojokerto, tradisi bungo lado di Mojokerto, muludan(pembacaan diba’, berjanji, burdah) dan masih banyak lagi. Peringatan ini diadakan oleh seluruh umat Islam di Indonesia maupun diluar negri sebagai bentuk rasa cinta, kasih sayang, rasa syukur kepada baginda kanjeng Nabi Muhammad saw dan juga untuk meneladani perilaku Nabi Muhammad saw.
Rasullah saw adalah teladan dalam segala aspek. Bukan hanya imam bagi nabi yang lain, beliau adalah sosok sempurna yang tanpa cela. Memang, beliau pernah berlaku salah. Tapi, hanya kesalahan kecil, ditegur oleh Allah dan kemudian dosanya diampuni.
Sebagai bentuk cinta kita terhadap Nabi Muhammad sudah seharusnya meneledani sikap beliau. disebutkan dalam Q.S Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: “sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dai banyak menyebut Allah”. Sikap teladan yang disebarkan Rasulullah saw akan terus harum seperti bunga-bunga yang indah nan cantik, meski sudah termakan zaman. Sehingga, bagi kaum muslimin, sudah tak perlu repot mencari teladan lain yang belum jelas keselamatannya. Pasalnya, hanya dengan meneladani saja, seorang muslim akan diganjar dengan banyak pahala kebaikan dari Allah Yang Maha Membalas.
Meneladani Rasulullah bukanlah hal yang sulit-sulit amat. Tetapi juga bukan amalan yang mudah-mudah amat. Ia merupakan amal unggulan yang membutuhkan mujahaddah yang amat keras Menggapaikan-Nya. Pada ayat tersebut, untuk meneladani Rasulullah saw hanya dilakukan oleh 2 kategori manusia saja.
Pertama, orang yang percaya akan datangnya Hari Kiamat dan berharap bertemu dengan Allah. Karena, seorang mukmim yang mempercayai akan datangnya hari kiamat dan berharap bertemu dengan Allah, maka, dia akan selalu berusaha melakukan amalan-amalan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan-larangan yang dibenci oleh Allah. Kedua, yang banyak mengingat Allah dalam setiap langkah kehidupannya. Karena, dengan mengingat Allah adalah bukti cinta kita kepada-Nya.
Oleh sebab itu, kita sebagai umat Islam harus senantiasa meneladani perilaku beliau. Meneladani bisa berarti mencintai. Pada awalnya, saat kita mulai belajar meneladani bisa jadi tak cinta. Tapi,seiring berjalannya waktu, meski bermula dengan keterpaksaan, cinta bisa timbul dengan sendirinya. Nah, cinta yang terbentuk karena kebiasaan-kebiasaan, akan mengakar kuat dalam diri seseorang sehingga menjadi daya ubah dalam dirinya.
Maka dari itu, kita harus berusaha meneladani perilaku Rasulullah supaya nanti dengan sendirinya cinta itu akan timbul. Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa menghidupkan sunnahku, maka dia mencintaiku. Barang siapa mencintaiku, maka dia bersamaku. Kelak disurga”. Amiiiin
29,761 total views, 34 views today
Sebagai sebuah ijthad dalam rangka mengembangkan kajian Studi Hadis di Indonesia dibentuklah sebuah perkumpulan yang dinamakan dengan Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA). Sebagai sebuah perkumpulan ASILHA menghimpun beragam pemerhati hadis di Indonesia. Himpunan ini terdiri atas akademisi dan praktisi hadis di Indonesia dengan memiliki tujuan yang sama.