Menanamkan Semangat Dalam Menuntut Ilmu Melalui Tauladan Sayyidah Aisyah r.a

Hafizhatul Munawwarah

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

20204031019@student.uin-suka.ac.id

 

Pada tahun 2019, lebih tepatnya bulan juli hingga september saya mendapat tugas kuliah yaitu praktik pengalaman lapangan (PPL) di sebuah lembaga PAUD di kota Banjarmasin. Sebelumnya saya pernah beberapa kali melakukan observasi-observasi ke lembaga PAUD yang lainnya, Namun saat itu pertama kalinya saya berinteraksi dengan anak dalam rentang waktu cukup lama yaitu sekitar 2 bulan.

 

Sekolah tempat saya bertugas kebetulan sekolah yang menggunakan sistem Sentra untuk anak usia dini, yang mana kebetulan saya mendapatkan tugas di senta Imtaq, seperti namanya yaitu senta imtaq, maka dalam kegiatan sehari-harinya di sentra imtaq mengenalkan tentang agama, seperti nama-nama Nabi, Malaikat, rukun Islam dan rukun Iman, asmaul husna, menghafal ayat-ayat pendek, hadis-hadis dan bercerita tentang kisah-kisah lainnya.

 

Dalam keseharian disekolah, apalagi saat mengajar di dunia anak-anak, pasti setiap harinya akan menemui berbagai macam hal yang dilakukan oleh anak, salah satunya berebut mainan dan lainya hingga menimbulkan perkalahian kecil dan membuat anak ada yang marah-marah sehingga bisa membuat mood anak kurang semangat hari itu.

 

Marah-marah, rusuh dan tidak semangat adalah salah satu sikap anak yang kurang menyenangkan bagi orang tua dan guru disekolah, apalagi jika anak marah-marah di sekolah dapat membuat kegaduhan di dalam kelas sehingga akan mengganggu pembelajaran saat itu. Oleh sebab itu, sebagai orang tua di sekolah, guru lah yang bertugas dalam hal mengembalikan mood dan semangat untuk menuntut ilmu yang ada di dalam diri anak.

 

Dalam hal ini, sebagai guru sebaiknya bisa menenangkan keadaan anak dan memberikan semangat kepada anak dengan memberikan contoh kisah-kisah tauladan yang bisa diterima dan dipahami oleh anak seusianya, seperti saat memgenalkan hadis untuk anak, maka guru juga bisa mengenalkan sikap-sikap perawinya.

 

Dari penjelasan di atas, salah satu contoh perawi hadis yang patut dijadikan tauladan adalah sayyidah Aisyah ra, karena seperti yang kita ketahui bahwa sayyidah Aisyah ra adalah orang yang selalu tenang saat menghadapi hal apapun, dan selalu semangat dalam mencari ilmu.

 

Nama lengkap Aisyah ra adalah Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq bin Abi Quhafah Ustman bin Amir bin Kaab bin Saad bin Taim bin Murrah bin Lu’ay bin Gahr bin Malik. Sayyidah Aisyah ra juga dikenal sebagai ummul mukminun (ibunda kaum mukmin) karena kehebatan sayyidah Aisyah ra dalam keilmuan islam, dan panggilan Rasulullah kepada Aisyah ra adalah Humairah, karena Aisyah ra yang cantik dan pipinya kemerah-merahan.

 

Sayyidah Aisyah ra memang sejak lahir telah menganut agama Islam, sayyidah Aisyah ra dilahirkan dari orang-orang yang baik, maka dari sini lah Allah menepatkan sayyidah Aisyah ra sebagai orang baik pula, hingga akhirnya sayyidah Aisyah memiliki kedudukan besar diantara perempuan Islam.

 

Tak hanya laki-laki yang tau bagaimana membaca menulis dan menghitung serta pengetahuan sejarah, di dalam keluarganya sayyidah Aisyah ra juga mempelajarinya, sayyidah Aisyah ra hidup pada suatu masa ketika hak berkata dan berpendapat hanya ada pada orang-orang yang memiliki kekuasaan dan kekuatan. Sama halnya dengan kebebasan dan harga diri.

 

Sayyidah Aisyah ra adalah sosok seorang perempuan yang memiliki kepribadian yang pemberani dan tidak pengecut. Sayyidah Aisyah ra dikenal sebagai sosok perempuan yang baik dan murah hati dan tenang ketika marah. Sayyidah Aisyah ra juga dikenal sebagai pakar ilmu.

 

Dalam ilmu hadis, Sayyidah Aisyah ra adalah satu-satunya perempuan yang masuk dalam kategori periwayat hadis terbanyak, sayyidah Aisyah ra meriwatkan hadis sebanyak 2210 hadis. Hadis dari sayyidah Aisyah ra di akui kualitasnya karena beliau menerimanya langsung dari Rasulullah.

 

Meski sayyidah Aisyah ra sangat sibuk dan tidak ada waktu khusus dalam belajar, karena sayyidah Aisyah ra memiliki keingintahuan yang besar, motivasi yang tinggi dan suka memberikan pertannyaan dan tidak akan merasa puas sebelum pertanyaan tersebut terjawab tuntas maka dia akan berusaha sekuat apapun demi mendapatkan jawabannya.

 

Kecerdasan sayyidah Aisyah ra dikenal dalam perkembangan ilmu Islam. Hal tersebut juga memberikan pengertian kepada manusia, bukan hanya laki-laki akan tetapi menjadi perempuan pun tidak menghalangi dalam menuntut ilmu, asalkan kemaun dan semangat ada.

 

Dalam sejarah keilmuan umat Islam diberbagai bidangnya, tidak banyak intelektual-intelektual wanita yang diperhitungkan sejajar dengan para intelektual laki-laki. Satu-satunya adalah sayyidah Aisyah ra di dalam bidang hadis.

 

Dalam dunia pendidikan, yang pertama jika orang tua atau guru ingin selalu anak semangat  maka semangat itu harus ada di dalam diri orang tua atau guru itu sendiri, karena biasanya anak akan meniru apa yang dilakukan orang dewasa, misal kalau pagi hari dirumah orang tua sudah mara-marah amak itu akan berimbas kepada mood anak sendiri, begitu juga dengan guru, ketika anak bertemu gurunya dan guru tersebut tidak semangat, maka anak juga tidak akan semangat.

 

Yang kedua adalah memberikan perhatian, anak adalah tipe manusia yang suka di perhatikan, misal ketika dia telah sampai di sekolah guru bisa memperhatikan apa yang ada dalam diri anak saat itu, misal sepatunya baru, botol minum, kaos kaki baru atayu sebagainya, maka dengan itu akan membuat anak senang dan otomatia anak juga akan semangat.

 2,353 total views,  4 views today

Posted in Opini.