Muhammad Rezi Muda Putra
19105030003@student.uin-suka.ac.id
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Perjalanan kehidupan manusia hari demi hari terus mengalami perkembangan. Kecanggihan teknologi menjadi penunjang dalam segala asfek aktivitas manusia, baik itu digunakan dalam dunia Pendidikan maupun dunia pekerjaan. Salah satu perkembangan digitalisasi Pendidikan adalah proses digitalisasi hadits. Fasilitas digitalisasi hadits berkembang melalui teknologi dan komputerisasi yang sedang berjalan.
Keberadaan hadits bermula pada zaman sahabat yang melihat secara lansung perkataan, perbuatan maupun sikap rasulullah Saw. Segala sesuatu yang mereka lihat dari nabi akan mereka praktikkan dan rekam guna untuk diajarkan kepada generasi setelah sahabat. Namun posisi hadits saat itu tidak dapat disalurkan secara keseluruhan melalui proses perekaman dan praktik oleh sahabat.
Setelah generasi sahabat, generasi tabiin melakukan perhimpunan hadits melalui proses penghapalan sanad, matan serta rowinya. Namun hal itu tidak seutuhnya mereka lakukan akan tetapi mereka juga melakukan proses pembukuan hadits dengan mengumpul hadits yang mereka temui dan mereka pelajari kepada para sahabat. Diantara ulama tabiin yang melakukan perhimpunan hadits adalah Muhammad bin Syihab Az-Zuhri. Dilangsir dari republika.co.id beliau adalah ulama hadis terbesar dizamannya.
Sekitar abad ke-2 sampai akhir abad ke-4, perhimpunan hadist semakin kuat. Memilah beberapa hadits sehingga ditemukan antara yang hadits, atsar sahabat serta aqwal tabiin. Ketiga itu dipasahkan dengan melihat riwayat-riwayatnya dari segi maqbul atau mardud. Pemeliharaan hadist sangat ketat dilakukan oleh para ulama, pada masa umar bin abdul aziz, beliau secara resmi memerintahkan melakukan pengkodifikasian hadits. Diantara ulama yang menyusun kitab hadits adalah Malik bin Anas dengan kitab Al-Muwattha’
Seiring berjalannya waktu banyak kitab-kitab hadits yang telah disusun oleh para ulama masa tabiin dan setelahnya. Kitab yang paling dikenal adalah kitab Sembilan atau lebih familier dengan sebutan Kutubus tis’ah. Yaitu Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’I, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad , Muwattha’ Malik dan Sunan Ad-Darimi.
Pada masa sekarang ini proses perhimpunan hadis semakin berkembang, kecanggihan teknologi dapat menghimpun hadist secara keseluruhan dan proses yang cepat. Istilah ini dikenal dengan Digitalisasi Hadits. Digitalisasi hadits merupakan sebuah bentuk pemindahan hadits dari kitab-kitab induk seperti kutubut tis’ah kedalam bentuk digital. Dengan artian tidak ada perubahan terhadap haditsnya namun hanya saja disalin dan dipindahkan kedalam bentuk digital yang ditampung oleh software.
Software yang menampung hadits sangatlah banyak, namun ada beberapa software ternama dan dikenal oleh kebanyakan orang serta sangat dibutuhkan dalam dunia akademisi. Dianatara software Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam. Dalam jurnal ibtidiyyah oleh Hamdan Husein Batubara software ini dikembangkan oleh Lidwa Pustaka yang bekerja sama dengan saltanea teknologi.
Dalam software ini ada beberapa fitur yang disediakan, seperti memuat 62.000 hadits yang dihimpun dari kitab 9 dengan teks arab dan terjemah Indonesia, dapat melihat derajat keshahihan hadits, dapat membadingkan dengan hadits-hadits lain, menampilkan diagram jalur sanadnya, menu pembedaan antara hadits qudsi, mutawathir, marfu, mauquf serta banyak fitur menarik dari software ensiklopedi hadits 9 imam.
Software ini sangat mudah digunakan tanpa harus belajar Bahasa yang banyak, karena dalam software ini sudah menggunakan fitur berbahasa Indonesia. Jika ingin melakukan copy hadits, software ini juga menyediakan tombol copy tanpa kita melakukan ctrl + C di pc maupun diandroid. Namun kita juga bisa melihat tingkatan hadits berdasarkan fitur blok warna yang dapat kita atur dengan mudah.
Software ini sangat menunjang dunia akademisi, apalagi sebagai seorang mahasiswa ilmu hadits wajib bisa menggunakannya. Karena diera modern ini sangat dibutuhkan kecakapan dalam menilai serta menelaah hadits. Ditambah lagi saat pandemic literatur offline ataupun buku sangat sulit didapatkan. Digitalisasi hadits menjadikan alternatif untuk memudahkan menelaah serta mengkaji hadits. Walaupun software yang menyediakan hadist-hadits tidak mencangkup sacara keseluruhan namun sudah terwakilkan.
Seorang akademisi, tentu sangat membutuhkan sumber terpercaya serta mudah didapatkan. Jika ingin menemukan hadits dengan mencari sumber dari kitabnya lansung, akan menghabiskan waktu yang lama. Dengan digitalisasi hadits kebeutuhan hadits akan terpenuhi secara cepat, dengan genggaman saja kita sudah bisa memegang beribu-ribu hadits dan dapat kita gunakan dengan waktu yang singkat. Dan yang perlu diketahui masih banyak software yang mencangkup hadits-hadits serta penggunaan yang begitu mudah.
Pada akhirnya digitalisasi ini memiliki tujuan yang amat banyak sekali, jika kita menilai dari sudut pandang akademisi, digitalisasi ini akan membantu serta mempercepat langkah untuk memahami, mengkaji serta telaah hadits lebih cepat dan detail guna untuk keperluan akademisi. Bagi masyarakat umum, digitalisasi hadits ini juga sangat diperlukan untuk menilai seberapa jauh hadits yang telah digunakan, apakah itu shahih ataupun tidak. Kita dapat melihatnya dan mengamalkan sunnah sesuai perintah Nabi Muhammad Saw dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
4,330 total views, 2 views today

Sebagai sebuah ijthad dalam rangka mengembangkan kajian Studi Hadis di Indonesia dibentuklah sebuah perkumpulan yang dinamakan dengan Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA). Sebagai sebuah perkumpulan ASILHA menghimpun beragam pemerhati hadis di Indonesia. Himpunan ini terdiri atas akademisi dan praktisi hadis di Indonesia dengan memiliki tujuan yang sama.