Ragam Kitab-kitab Hadis

(Azzura Fathanul Umara – Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga)

Hadis sudah menjadi sumber ajaran tertulis yang dibukukan setidaknya semenjak awal abad ke-3 Hijriah. Dalam proses pembukuannya, terdapat berbagai metode penulisan. Hal ini terjadi juga terhadap buku-buku di masa kini. Namun, dalam konteks hadis jenis-jenis kitab atau metode penulisan memiliki kriteria-kriteria tertentu dengan intensi tersendiri, namun pada umumnya perbedaan yang demikian ditujukan untuk memudahkan pencarian hadis yang jumlahnya mencapai ribuan.

Secara umum, terdapat 6 (enam) metode penyusunan kitab hadis. Klasifikasi yang demikian dibedakan menjadi kitab-kitab yang penulisannya berdasarkan pada bab-bab tertentu, berdasarkan pada nama sahabat, disusun seperti kamus, berdasarkan awal hadis, kitab kumpulan hadis-hadis, dan kitab zawaid.

Kitab yang disusun berdasar pada bab-bab tertentu memiliki beberapa bentuk derivasi, yang pertama ialah kitab al-jawami’, yaitu kitab yang menghimpun hadis dengan pembagian bab-bab yang berkaitan dengan topik-topik keagamaan seperti akidah, hari akhir dan topik-topik keagamaan lainnya. Kemudian selain al-jawami’ terdapat kitab Sunan, yaitu kitab-kitab hadis yang menghimpun hadis-hadis marfu berdasarkan pada mekanisme penyusunan kitab fikih. Kedua metode penyusunan ini merupakan jenis yang digunakan dalam kitab-kitab hadis mu’tabrah yang 6 (kutubu as-sittah).

Penulisan berdasarkan bab juga bisa berbentuk al-mushannafat, yaitu kitab yang pada dasarnya sama dengan sunan namun dengan tetap mencantumkan hadis-hadis maqtu. Kemudian, terdapat kitab al-mustadrak yang memuat hadis-hadis yang belum dimuat oleh kitab hadis yang sudah ada sebelumnya. Namun, dalam penyusunan kitab ini perlu dicantumkan sandaran-sandaran untuk mendukung hadis yang terdapat di dalamnya. Yang terakhir dari kitab yang ditulis berdasarkan pada bab-bab tertentu ialah kitab al-mustakhrajat, yaitu kitab yang men-takhrij hadis-hadis yang sudah tercantum dalam kitab lain.

Metode penulisan selanjutnya ialah dengan mendasarkan pada nama sahabat, bentuknya ialah kitab al-musnad dan atraf. Kitab yang disusun dengan metode ini mencantumkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat, dan dengan mengurutkan nama-nama dalam kitab tersebut. Contoh yang paling terkenal dari kitab ini ialah Musnad Imam Ahmad bin Hanbal.

Selanjutnya ialah metode penulisan al-Mu’jam. Kitab al-Mu’jam merupakan kitab indeks yang disusun berdasarkan nama-nama guru penulis atau daerah asalnya seperti sebuah kamus. Penulis kitab al-Mu’jam yang populer ialah Imam Tabrani yang berhasil menulis 3 kitab al-Mu’jam (Mu’jam al-Kabir, Mu’jam al-Ausam, Mu’jam al-bagir).

Kemudian terdapat kitab yang mencantumkan matan-matan hadis sesuai urutan alfabet. Bentuk umum dari kitab ini ialah al-Jami’. Kitab populer yang disusun dengan metode yang demikian ialah Jami’us Sagir dan Jami’ al-Kabir karya Imam as-Suyuthi.

Kitab himpunan hadis-hadis ialah kitab yang disusun berdasarkan topik-topik tertentu, yang kemudian babnya disusun secara alfabetis. Penulis juga dapat mengurutkan hadis-hadis yang tercantum di dalam kitab secara alfabetis. Salah satu contoh dari kitan yang disusun dengan metode ini ialah Jami’ al-Ushul min Ahadits ar-Rasul.

Klasifikasi terakhir ialah kitab zawaid, atau kitab yang menghimpun hadis-hadis yang belum diriwayatkan oleh kitab-kitab lainnya. Kitab jenis ini ditulis oleh al-Haisami, yaitu Majma al-Zawaid wa Manba al-Fawaid.

Pada dasarnya masih terdapat bentuk klasifikasi-klasifikasi lain yang tentu berbeda-beda antara satu ulama dengan ulama lainnya. Namun, klasifikasi di atas merupakan klasifikasi yang paling umum terhadap jenis-jenis metode penyusunan kitab hadis. Terlepas dari adanya perbedaan kalsifikasi, satu hal yang pasti ialah bahwa klasifikasi yang demikian merupakan produk dari perkembangan hadis dalam sejarah dan upaya untuk memudahkan akses kepada hadis bagi setiap orang.

 13,471 total views,  8 views today

Posted in Opini.