(Azzura Fathanul Umara – Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga)
Sebagai ilmu, hadis bukanlah sesuatu yang dapat berdiri sendiri. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar tentunya mengingat hal sama-pun terjadi dalam penerapan ilmu secara umum. Kehadiran ilmu-ilmu bantu merupakan bentuk sokongan yang diperlukan dalam menerapkan ilmu dalam kenyataan. Sebagai contoh, saat seseorang ingin membuat sebuah kapal tentu dibutuhkan banyak ilmu seperti perkayuan, kerajinan, bahkan mungkin matematika. Namun tentu dalam konteks ilmu hadis tidak serumit yang demikian.
Ilmu hadis memiliki 2 (dua) unsur pokok, yaitu sanad dan matan. Keduanya membentuk eksistensi hadis secara utuh. Maka dari itu, ilmu hadis membutuhkan bantuan yang terkait dengan kedua unsur pokok tersebut. Ilmu bantu dari ulumul hadits dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu yang berkaitan dengan sanad, matan, serta sanad dan matan.
Sanad merupakan rangkaian rawi yang meriwayatkan sebuah hadis. Maka pembahasan mengenai sanad tidak akan terlepas dari rawi. Ilmu bantu dalam kaitannya dengan sanad membahas mengenai biografi-biografi dari rawi yang meriwayatkan hadis (Ilm Tarikh al-ruwah). Dalam ilmu tarikh ar-ruwah dikupas sampai tuntas segala hal yang berkaitan dengan aspek-aspek pribadi rawi secara biografis mulai dari kelahiran hingga wafatnya. Dengan ini dapat diketahui aspek ketersambungan sanad dengan mengetahui dimana sang rawi belajar dan siapa saja gurunya.
Kemudian pembahasan mengenai tingkatan generasi dari para perawi dapat diketahui dalam ilmu tabaqah al-ruwah. Kemudian ilmu yang membahas individu-individu yang berada di sekitar periwayatan hadis dibahas dalam ilmu rijalul hadits. Seluruh ilmu tadi turut disokong juga dengan ilmu jarh wa ta’dil, yaitu ilmu yang menimbang kualitas rawi sebagai periwayat terkait dengan ke-dhabit-an maupun keadilannya melalui komentar-komentar ulama terhadap periwayat terkait. Ilmu ini sangat diperlukan untuk menentukan apakah periwayatan dari seorang rawi dapat diterima atau tidak (status/kualitas periwayat).
Kemudian core dari hadis pada dasarnya merupakan matan, atau dapat disebut sebagai isi dari hadis. Matan mengandung ruh dari hadis, yaitu pesan yang sebenarnya hendak disampaikan oleh Rasulullah saw. Namun, tidaklah semua hadis memiliki matan yang mudah dipahami, kadangkala diperlukan pemikiran yang mendalam untuk memahami matan hadis. Maka dari itu diperlukan ilmu gharibul hadis atau ilmu mengenai hadis-hadis yang asing, untuk mengetahui pesan yang hendak disampaikan.
Selain itu, ilmu asbabul wurud al-hadits juga sangat diperlukan, untuk mengetahui sebab musabab dari diturunkannya hadis untuk menciptakan sebuah pemahaman kontekstual dari pesan yang disampaikan. Kemudian guna mengetahui runtutan dari pesan-pesan yang disampaikan oleh nabi serta mana yang sudah dihapus dan tidak berlaku dapat diketahui melalui ilmu tawarikhul mutun dan ilmu naskh wal mansukh. Kehadiran ilmu bantu tersebut tentu sangat membantu umat islam untuk memahami hadis sebagai sumber ajaran kedua dengan pemahaman yang lurus dan dapat diterima.
Kemudian, ilmu bantu yang memiliki sifat spesial ialah ilmu ilalul hadits, yang memiliki keterkaitan terhadap sanad dan matan secara sekaligus. Ilmu ilalul hadits membahas mengenai ilal atau kecacatan (kesalahan) dalam hadis baik yang terdapat pada sanad maupun matan. Kesalahan tersebut bersifat tersembunyi sehingga dibutuhkan satu cabang ilmu khusus yang membahasnya.
Eksistensi dari ilmu-ilmu bantu yang sudah ada sangat membantu ilmu hadis dalam berkembang. Namun, tentu bentuk integrasi keilmuan yang dilakukan dapat diperluas dengan menjadikan cabang ilmu lain, yang bahkan tidak terlihat berkesinambungan, sebagai ilmu bantu dari ulumul hadits. Tentunya penggunaan ilmu-ilmu bantu tersebut harus dilaksanakan secara kontekstual sesuai dengan topik yang dibahas dan ilmu yang dibutuhkan.
8,349 total views, 6 views today

Sebagai sebuah ijthad dalam rangka mengembangkan kajian Studi Hadis di Indonesia dibentuklah sebuah perkumpulan yang dinamakan dengan Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA). Sebagai sebuah perkumpulan ASILHA menghimpun beragam pemerhati hadis di Indonesia. Himpunan ini terdiri atas akademisi dan praktisi hadis di Indonesia dengan memiliki tujuan yang sama.

