Teori Dialektika Sosial Menurut Peter L Berger Serta Relevansinya Dalam Studi Hadis

Dalam diri manusia memiliki jiwa kesadaran atas  apa yang ia lakukan karena manusia sendiri cenderung memiliki kebebasan yang merupakan suatu kehendak manusia sebagai makhluk yang diciptakan tuhan untuk berfikir, yaitu diberikan kemampuan untuk berfikir secara rasional. Setiap manusia yang tunggal atau individu sebenarnya tidak dilahirkan sebagai anggota masyarakat namun individu tersebut diarahkan untuk menjadi manusia yang sosialis, sehingga bisa dianggap sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat merupakan kenyataan obyektif dan subyektif berdasarakan pada pemahaman teoritis. (L. Berger & luckman, 1990, p. 176).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara etimologi Dialektika mempunyai arti sebagai cara untuk menyelidiki suatu masalah dengan nalar, dan bahasa. Sebelumnya teori ini pernah dijelaskan oleh beberapa ahli filsuf lainnya seperti Hegel dan karl max. Dalam perkembangannya teori dialektika ini dibahas dan dikembangkan oleh ahli sosiologi lainnya seperti Peter L. Berger. Ia menyatakan manusia harus mempunyai dua aspek  sebagai kenyataan obyektif dan subyektif. Kedua aspek tersebut dapat diperoleh dari pengakuan masyarakat melalui proses dialektis. (L. Berger & luckman, 1990).

Karl Max dalam bukunya Peta Pemikiran Karl Max mengenai materialisme dialektika. Dimana sebuah proses perubahan terjadi secara terus menerus tanpa diketahui sebabnya, dalam proses itu menimbulkan kesadaran sosial masyarakat. Ia juga mengutip dari Hegel, bahwa Dialektika merupakan suatu petentangan antara segi-segi yang berlawanan dan segala sesuatunya berkembang terus. (max, pp. 118-119). Dialektika ini bisa dikatakan sebagai sesuatu yang lahir di masyarakat dengan kondisi sosial masyarakat yang bersifat sebagai intersubyektif dimana struktur sosial yang dapat difahami oleh setiap individu yang ada kaitannya. Adapun pokok bahasan yang terdapat dalam tulisan ini menunjukkan bahwa keterkaitan antara masyarakat dan kebudayaan. Teori dialektika ini berkaitan dengan proses sosial kehidupan masyarakat yang memiliki struktur yang di dalamnya terdapat petentangan.

Dalam pemikiran berger ia menggunakan pendekatan studi sosiologis. Bahwa masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sebagai realitas obyektif dan realitas subyektif (sulaiman, 2016, p. 18). Berger juga mengandaikan bahwa agama termasuk dari kebudayaan. Kerena terdapat proses dialektika dari sudut pandang hubungan masyarakat dengan agama. Dimana bahwa agama adalah sebuah entitas yang bersifat obyektif (di luar diri manusia). (susanti, 2015, p. 47) Dalam penjelasan peter dan Thomas ini berusaha menjelaskan bahwa teori dialektika ini terdiri dari tiga tahap (momen). Yakni, eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

  1. Eksternalisasi

Merupakan bagian dari momen yang dijelaskan oleh Peter dan luckman. Proses ini bisa diiartikan sebagai bentuk aksi dari diri manusia yang secara terus menerus di realisasikan ke duina berupa sikap fisis atau non fisis (mental). Bentuk eksternalisasi ini dapat kita pahami sebagai bentuk dorongan dalam diri manusia untuk membangun dunia manusia itu sendiri. Seperti mengedepankan dorongan-dorongan stabilitas pada dirinya sendiri. (susanti, 2015, p. 48) Contohnya, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina meng eksfor kegiatan nya selama di korea di media sosial. Sehingga bisa dijadikan sebagai konsumsi public, atau sebagai motivasi public. Secara tidak langsung mereka berdua telah mengekternalisasi kepada public.

  1. Obyektivasi

Momen yang kedua ini merupakan hasil dari interaksi antara dua realitas, antara manusia dengan sosio kultural yang diposisikan secara terpisah. (susanti, 2015, p. 50) Manusia sendiri bersifat subyektif, sosio kultural merupakan intersubyektif, dan yang menjadi obyetif nya adalah realitas sosial. Contohnya adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan atau di munculkan oleh para selebgram, youtuber dan lainnya mendapat respon yang baik bagi public sehingga public mengikuti trend tersebut.

  1. Internalisasi

Pemahaman atau penafsiran yang langsung dari suatu peristiwa obyektif sebagai pengungkapan suatu makna (L. Berger & luckman, 1990) . internalisasi ini bisa diartikan berupa sebuah transformasi dari dunia obyektif ke dalam struktur-struktur subyektif. Contoh realnya, seorang penggemar artis yang sering menunjukkan trend yang ia pakai ke hal layak public dapat ditiru olehnya. Sehingga dia menerapkannya dalam kehidupan. Ini adalah contoh menginternalisasikan dirinya sendiri karena mengikuti orang yang ia kagumi.

Teori dialektika sosial ini merujuk pada hasil produk manusia yang menciptakan sebuah kebudayaan. Namun manusia itu sendiri dapat disebut sebagai produk budaya karena hidup dalam lingkungan berbudaya. Setelah dipaparkan oleh beberapa penjelasan di atas, kita dapat menemukan sebuah relevansi yang berthubungan dalam studi hadis. Yakni, dalam momen ekternalisasi. Dalam agama islam al-qur’an dan hadis sebagai landasan pedoman kehidupan umat muslim. Rosulullah SAW sebagai utusan Allah SWT menyebarkan kebaikan, ketauhidan, dan hukum-hukum islam lainnya. Hadis merupakan bagian dari perkataan, perbuatan, atau ketetapan yang disandarkan pada nabi Saw. Perbuatan yang dilakukan oleh nabi merupakan sebuah inspirasi untuk menjalani hidup sesuai dengan perintah Allah SWT. Umat muslim yang meyakini bahwa suri tauladan yang paling baik dalam pandangan islam adalah Rosulullah SAW, sehingga Umat Muslim Menirukannya sesuai dengan Hadis Nabi. Contoh yang lain adalah Jihad sebagai kostruksi sosial. Jihad memiliki kenyataan obyektif dan subyektif. Secara obyektif ia tidak bisa di hilangkan kebenarannya, namun secara subyektif setiap orang memiliki ppenafsiran yang berbeda-beda ia terus bertproses da nada kemungkinan untuk berubah.

Referensi

  1. Berger, Peter; luckman, Thomas. 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Sebuah risalah tentang sosiologi pengetahuan/ Peter L Berger dan Thomas Luckman.Terjemahan: Hasan Basari. LP3S, Jakarta, anggota IKAPI. 1990.

Max, karl. 2000. Peta Pemikiran.Yogyakarata: LKis

sulaiman, aimie. 2016. Memahami Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger. VI (1):hlm. 18.

Susanti. 2015. Kostruksi Sosial Peter L. Berger Dan Thomas Luckman.

Dera Sukmawati,  Program Studi Mahasiswa Ilmu Hadis

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

 39,349 total views,  16 views today

Posted in Kajian.