PADANG — Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama (FUSA) UIN Imam Bonjol Padang menggelar Kolokium Ilmu Hadis dalam rangka purna bakti Prof. Dr. Edi Safri, M.A., pada Selasa, 7 Oktober 2025. Kegiatan tersebut menghadirkan Ketua Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA), Prof. Dr. Saifuddin Zuhri Qudsy, S.Th.I., M.A., sebagai narasumber utama dengan tema “Memetakan Ulang Kajian Hadis di Indonesia.”
Dalam pemaparannya, Ketua ASILHA menyoroti besarnya kontribusi Prof. Edi Safri dalam pengembangan keilmuan hadis di Indonesia. Menurutnya, Prof. Safri memiliki peran penting dalam menegaskan urgensi pemahaman hadis yang kontekstual, kajian mukhtalif hadis, serta isu-isu hadis kontemporer lainnya. “Kami sangat berterima kasih atas dedikasi Prof. Edi Safri yang selalu konsisten dan disiplin, baik dalam menyebarkan gagasan melalui lisan maupun tulisan. Beliau merupakan teladan bagi para pengkaji hadis di tanah air,” ujar Prof. Saifuddin.
Lebih lanjut, Ketua ASILHA menjelaskan bahwa kajian hadis di Indonesia saat ini masih bersifat segmented dan belum memiliki peta jalan (roadmap) yang jelas. Untuk itu, ASILHA hadir sebagai wadah yang berkomitmen menyusun arah pengembangan keilmuan hadis di Indonesia, sekaligus mendirigeni sinergi antara program studi hadis, akademisi, pesantren, dan organisasi kemasyarakatan.
Acara dibuka secara resmi oleh Dekan FUSA UIN Imam Bonjol, Dr. Sefriyono. Dalam sambutannya, ia menuturkan kesannya terhadap Prof. Edi Safri sebagai sosok yang disiplin dan tepat waktu dalam mengajar. “Kontribusi beliau sangat besar bagi pengembangan ilmu hadis di kampus ini,” ujarnya. Ia juga berharap penjelasan dari Ketua ASILHA dapat memperjelas posisi riset living hadis yang sering dianggap serupa dengan penelitian sosial keagamaan pada umumnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua ASILHA menegaskan bahwa riset living hadis memiliki perbedaan mendasar dengan penelitian sosial biasa. “Objek material yang dikaji dalam living hadis adalah hadis, bukan tradisi,” jelasnya sambil menunjukkan salah satu slidenya yang menampilkan model konseptual hubungan antara praktik, resepsi, teks, transmisi, dan transformasi hadis sebagaimana tergambar dalam presentasi visualnya.

Sebagai bagian dari arah baru pengembangan kajian hadis, Ketua ASILHA juga memaparkan empat Memetakan Ulang Kajian Hadis, yakni: (1) kajian mengenai syarah atau tafsir hadis dengan titik tekan pada matan, (2) kajian manuskrip hadis di Nusantara, baik melalui digitalisasi maupun telaah karya ashabul jawiyyin, (3) penguatan riset hadis dan sosial budaya melalui pendekatan living hadis, serta (4) pengembangan hadis dan digital melalui pemanfaatan perangkat lunak, situs web, media baru, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Keempat program ini diharapkan menjadi fondasi bagi pembentukan ekosistem keilmuan hadis yang kolaboratif, inovatif, dan berkelanjutan.
186 total views, 4 views today

Admin web ASILHA, Dosen Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga.
Sila berkunjung ke blog pribadi https://blog.uin-suka.ac.id/fendi.utomo

